Sunday 18 November 2018

(Esai) MASIH DUNIA LAIN

Profesi guru merupakan profesi yang sangat menyenangkan. Kita bisa bersenda gurau dengan guru-guru yang lain di sekolah, dan yang paling berkesan adalah melihat siswa-siswa yang selalu ceria dan lucu. Mungkin kalau dilihat dari besarnya gaji, guru tidak ada apa-apanya. Namun yang namanya kebahagiaan tidak dapat diukur dari besarnya gaji. Profesi guru memiliki kepuasan lebih terutama kepuasan batin. Kadang saat kita punya masalah di rumah, dengan melihat tingkah laku siswa yang konyol menjadi terobati. Dan saat libur semester, seringkali merasa rindu dengan tingkah laku mereka. Mungkin hal-hal yang seperti inilah yang tidak didapat dari profesi lain.
            Selain itu, coba kita lihat kasus-kasus yang terkait dengan bunuh diri, tidak sedikit dari mereka adalah orang kaya atau orang yang berpenghasilan tinggi. Padahal kalau sepintas kita pikirkan, orang kaya kan banyak uang, segala saja bisa kebeli. Namun memang secara materil bisa didapat, tetapi yang namanya kebahagiaan tidak cukup dengan materil. Sering juga kita lihat seorang guru honorer yang sudah mengabdi berpuluh tahun dengan gaji Rp300.000 perbulan, namun mereka tetap semangat dan ikhlas menjalaninya.
            Momen-momen saat pembelajaran seringkali memberi kesan tersendiri. Ada siswa yang tidur, siswa yang tidak memperhatikan, ada juga siswa yang terlambat masuk kelas. Terkadang ada guru yang penyabar, tegas, bahkan ada guru yang emosional. Parahnya kalau di kelas tersebut gurunya emosional, ditambah ada siswa yang sulit mengerti, waduh sudah habislah diomelin. Tetapi yang bikin salut, siswa zaman dulu ini mereka kuat mentalnya dan tahan banting. Saat dimarahi guru, mereka diam dan saat pulang sekolah pun tidak mengadu ke orang tuanya, karena bisa jadi orang tuanya malah tambah memarahinya. Bahkan hukuman fisik dari guru pun seringkali didapat.
            Sekarang zaman sudah berbeda. Anak zaman sekarang biasa disebut generasi millennial. Generasi ini lekat dengan kecanggihan teknologi, seperti alat elektronik sudah lebih canggih, gadget, TV, komputer, internet, dll. Namun perlu kita perhatikan bahwa kecanggihan teknologi ini tidak serta merta berdampak positif, akan tetapi juga berdampak negatif. Seperti memicu timbulnya sikap cuek, individualis, dan lebih suka berinteraksi di dunia maya. Banyak ditemui, sepulang sekolah siswa di rumahnya hanya bergelut dengan HP atau pergi ke warnet untuk bermain game, sampai mereka lupa waktu, pulang ke rumah sudah larut malam. Tugas sekolah tak peduli, sholat 5 waktu ditinggalkan, hanya memikirkan hobinya saja. Bahkan ke esokan harinya saat belajar di sekolah, jasadnya ada di kelas tetapi pikirannya “Masih di Dunia Lain” yaitu dunia game-nya.
Perkembangan zaman memang tidak dapat kita pungkiri. Dengan berkembangnya zaman maka akan mempengaruhi berbagai sendi kehidupan, baik dalam bidang iptek, sosial, politik, ekonomi, maupun pendidikan. Perkembangan zaman ini memiliki dampak positif dan negatif. Seperti misalnya dengan perkembangan zaman, pola pikir masyarakat menjadi lebih maju, pendidikan lebih diperhatikan, pemenuhan kebutuhan lebih mudah, dsb. Namun adapula dampak negatifnya, seperti halnya tadi anak menjadi terlena dengan gadget, pergaulan lebih bebas, moral mulai luntur, agama kurang diperhatikan, dan masih banyak lagi. Tentu hal tersebut menjadi tanggung jawab kita semua. Terutama bagi seorang pendidik, seyogianya mampu memberikan pengertian dan arahan kepada siswa agar bijak dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi ini.

No comments:

Post a Comment