Tuesday 18 December 2018

DAFTAR KASUS SURAM SISWA DAN GURU YANG VIRAL

1.      Sindonews.com - Oknum guru yang menganiaya belasan murid SD dengan menggunakan gagang sapu yang dipukulkan ke bagian kepala dan tubuh siswa. (Cirebon, 7/9/2018)
2.      Sindonews.com - Seorang siswa SMA mendadak mengalami kelumpuhan usai menerima hukuman lompat jongkok (squad jump) sebanyak 200 kali yang diberikan seniornya. (Mojokerto, 22/7/2018)
3.      M.kumparan.com - Seorang guru kesenian di suatu SMA meninggal dunia akibat dipukul siswanya sendiri di bagian leher. (Madura, 2/1/2018)
4.      M.kumparan.com - Guru perempuan di Kalimantan Barat dipukul muridnya karena tidak naik kelas. (Kubu Raya, 17/6/2017)
5.      M.kumparan.com - Siswa SMP di Pontianak pukul gurunya karena ditegur saat bermain handphone ketika pembelajaran. (Pontianak, 7/3/2018)
6.      Tribun.com - Seorang tenaga guru honorer (Baiq Nuril) beberapa kali dihubungi oleh seorang kepala sekolah dan kerap membicarakan hal-hal tak senonoh yang tidak seharusnya. Suatu saat Nuril merekam pelecehan tersebut dan menyebarluaskan rekamannya. Namun, selanjutnya malah membuat Nuril divonis bersalah, dan yang bicara jorok itu justru tenang-tenang? (Lombok barat, 12/11/2018)
7.      Liputan6.com - Siswi SMP kelas VIII dihamili bocah SD kelas V yang keduanya sama-sama berusia 13 tahun. (Tulungagung, 24/5/2018)
8.      M.detik.com - Seorang guru Bahasa Inggris di suatu SMP memukul siswanya dengan sepatu hingga videonya viral. (Magetan, 28/8/2018)
9.      Suaramerdeka.com - Seorang siswi kelas XI di Rembang melahirkan seorang bayi di toilet sekolah. (Rembang, 18/8/2018)
10.  Fajar.co.id - seorang siswa SMP kelas II ditangkap polisi akibat menjadi pengedar narkoba. (Makassar, 8/8/2018)

Wednesday 12 December 2018

CARA BACA NAMA FREUD, JUNG, PIAGET, GAGNE, ROUSSEAU

Sigmund Freud
Sigmund freud adalah seorang Austria yang cukup terkemuka dalam bidang psikologi. Teorinya yang terkenal bernama psikodinamika / psikoanalisis. Namun sebagian dari kita masih bingung bagaimana sih cara baca “Sigmund Freud”? berdasarkan referensi yang diperoleh bahwa cara baca “Sigmund Freud” ialah “Simun Froid”.

Carl Jung
Carl Jung adalah psikiater Swiss dan perintis psikologi analitik. Pendekatan Jung terhadap psikologi yang unik dan berpengaruh luas ditekankan pada pemahaman “psyche” melalui eksplorasi dunia mimpi, seni, mitologi, agama serta filsafat. Lalu bagaimana cara baca namanya itu? Cara baca yang benar untuk “Carl Jung” bukan “Karl Jung” tetapi “Karl Yung”.

Jean Piaget
Kalau kita belajar psikologi perkembangan atau psikologi pendidikan, tidak asing mendengar nama Jean Piaget. Ia merupakan psikolog dari Swiss yang terkenal dengan teori skema / konstruktivis / koginitif pertama / cognitive develomental / perkembangan kognitif. Betewe bagaimana ya cara baca namanya itu? Cara baca yang benar untuk “Jean Piaget” adalah “Siang Piase” (bunyi “e” seperti pada “membeli” atau “memberi”).

Gagne
Nama lengkapnya Robert Mills Gagne adalah seorang psikolog pendidikan Amerika yang terkenal dengan teori instruksional / hirarki belajar. Adapun cara baca yang benar untuk “Gagne” adalah “Ganye” (bunyi “e” seperti pada “membeli” atau “memberi”).

Jean Jacques Rousseau
Jean Jacques Rousseau lahir di Jenewa, Swiss adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis, dan komposer. Dalam dunia pendidikan, ia terkenal dengan konsep pendidikan naturalistik / pendidikan romantik. Adapun cara baca “Jean Jacques Rousseau” adalah “Siang Siak Ruso”.

Lebih lengkapnya dapat kamu download bukunya di dikdasebook.blogspot.com

Sunday 2 December 2018

PENTINGNYA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

Sejarah lokal merupakan peristiwa sejarah dalam lingkup geografis yang lebih sempit atau terjadi pada suatu daerah. Bedanya dengan sejarah nasional yaitu bahwa sejarah lokal hanya berlaku dalam daerah tertentu saja dan tidak dipelajari secara nasional. Seperti misalnya sejarah lokal Si Pitung dari Betawi, Arung Palakka dari Bone, Tajimalela dari Sumedang, Nyi Rambut Kasih dari Majalengka, dsb.
Mempelajari sejarah lokal tentu tidak kalah penting dengan sejarah nasional terutama bagi warga asal sejarah lokal tersebut. Dengan mempelajari sejarah lokal misalnya tentang sejarah nama suatu tempat tinggal kita, di samping sebagai bentuk kepedulian kita juga akan memberikan spirit rasa semakin memiliki dan menambah kecintaan. Coba bayangkan kalau sejarah lokal ini tidak dipelajari warga tersebut, pasti anak cucunya tidak lagi mengenal asal-usul tempat tinggalnya.
Pembelajaran sejarah di sekolah harus mampu mengakomodasi sejarah lokal. Oleh karena itu seorang guru sejarah harus mengetahui sejarah lokal di daerahnya. Porsi penyampaian dalam pembelajarannya yaitu bahwa sejarah nasional tetap menjadi prioritas dengan alokasi yang lebih besar, sedangkan untuk sejarah lokal sifatnya hanya pelengkap. Meskipun pelengkap tetapi usahakan bahwa siswa harus mengetahui akan sejarah lokal yang ada di tempat tinggalnya. Dengan begitu, nilai-nilai yang terkandung dari sejarah lokal dan nasional akan terinternalisasi ke dalam diri siswa.

PERBEDAAN APERSEPSI DAN INVITASI

Ada yang mengatakan bahwa apersepsi dan invitasi adalah hal yang sama, ada juga yang mengatakan bahwa invitasi merupakan bagian dari apersepsi, dan ada juga yang mengatakan bahwa apersepsi dan invitasi berbeda. Mari kita coba jawab pernyataan tersebut.
Berdasarkan berbagai informasi yang didapat, mari kita lihat dari pengertian terlebih dahulu.
Apersepsi = mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya; mengingatkan kembali tentang materi yang pernah dipelajari siswa terkait dengan materi saat ini.
Invitasi = menggali informasi yang telah diketahui siswa mengenai materi yang sedang dipelajari; menanyakan pengetahuan awal siswa terkait materi yang sedang dipelajari.
Apabila kita lihat antara apersepsi dan invitasi dalam RPP khususnya yang menggunakan model STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat), ada tiga hal yang dapat kita bedakan:
1.      Apersepsi terdapat pada kegiatan pendahuluan, sedangkan invitasi terdapat pada kegiatan inti
2.      Apersepsi belum membahas materi, sedangkan invitasi sudah masuk ke dalam materi
3.      Apersepsi biasanya dilakukan guru dengan cara mengingatkan siswa tentang materi yang pernah dipelajari siswa sebelumnya terkait dengan materi yang akan dipelajari saat ini, sedangkan invitasi biasanya dilakukan guru dengan cara menanyakan pengetahuan awal siswa terkait dengan materi yang sedang dipelajari saat ini

TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

BEHAVIORISME (PERUBAHAN TINGKAH LAKU)
Koneksionisme / Teori Asosiasi / Instrumental Conditioning / Trial and Error / Law of Effect {Edward Lee Thorndike (AS, 1874-1949)}
Sebelum memulai pembelajaran, guru harus memastikan siswanya siap mengikuti pembelajaran tersebut; Pembelajaran yang diberikan sebaiknya berupa pembelajaran yang kontinu, agar materi lampau tetap dapat diingat siswa; Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan, dapat membantu siswa mengingat materi lebih lama; Guru memberikan materi dari yang sederhana ke yang kompleks.

Classical Conditioning / Pengondisian Klasik / Kondisioning / Respond Conditioning {Ivan Petrovich Pavlov (Rusia, 1849-1936)}
Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar; Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau menekan; Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat.

Behaviorisme Murni {John Broadus Watson (AS, 1878-1958)}
Siswa pada dasarnya tidak ada yang baik dan nakal. Siswa mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau nakal. Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara keturunan dan lingkungan, terbentuklah pola-pola tingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya.

Teori Penguatan / Operant Conditioning / Pengondisian Operan {Burrhus Frederic Skinner (AS, 1904-1990)}
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, dan jika benar diberi penguat; Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri; Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.

Teori Kontiguiti / Contiguous Conditinoning {Edwin Ray Guthrie (AS, 1886-1959)}
Motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespon dengan tepat dalam kehadiran stimulus tertentu; Menekankan “belajar ulang” berkali-kali; Guru meminta siswanya untuk melakukan atau mempelajari hal-hal yang kelak akan mereka lakukan saat mereka lulus nanti.

Systematic Behavior {Clark Leonard Hull (AS, 1884-1952)}
Guru harus membagi topik-topik yang diajarkan sehingga pembelajaran (siswa) tidak akan kelelahan yang bisa mengganggu proses belajar. Misalnya urutan pelajaran yang baik adalah matematika, olahraga, Bahasa Inggris, seni, dan sejarah; Guru harus merencanakan pembelajaran berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap dorongan yang mendasari siswa; Mereduksi kecemasan siswa adalah syarat yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

Teori Instruksional / Hirarki Belajar {Robert Mills Gagne (AS, 1916-2002)}
Guru mengaktifkan motivasi siswa; Guru memberi tahu tujuan pembelajaran; Guru mengarahkan perhatian siswa; Guru merangsang ingatan siswa tentang apa yang telah dipelajari; Guru menyediakan bimbingan belajar; Guru meningkatkan retensi; Guru melancarkan transfer belajar.

Teori Pembelajaran Sosial / Modelling / Peniruan {Albert Bandura (Kanada, 1925-)}
Guru harus menjadi tauladan yang baik bagi siswa; Guru harus memberikan tayangan yang mengandung nilai dan moral yang baik bagi siswa; Guru harus membantu siswa dalam menetapkan harapan yang realistis untuk prestasi akademiknya.

KONSTRUKTIVISME (PEMBANGUNAN PENGETAHUAN) / KOGNITIVISME (PERUBAHAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN)
Teori Bermakna / Meaningful Learning {David Paul Ausubel (AS, 1918-2008)}
Guru mengaitkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang baru; Pelajaran dimulai dari yang umum ke yang khusus; Guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari selanjutnya; Konsep-konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

Discovery Learning {Jerome Seymour Bruner (AS, 1915-)}
Guru mendorong siswa untuk menemukan konsep sendiri; Guru mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya; Guru menggunakan contoh atau ilustrasi dalam mengajarkan suatu konsep.

Teori Skema / Konstruktivis / Koginitif Pertama / Cognitive Develomental / Perkembangan Kognitif {Jean Piaget (Swiss, 1896-1980)}
Guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir siswa; Guru mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri; Guru memberi kesempatan agar siswa saling berinteraksi dengan temannya; Materi yang disampaikan harus disesuaikan dengan tingkat usia dan karakteristik siswa.

Interaksi Sosial / Pembelajaran Sosiokultural / Kognitif Sosial {Lev Semyonovich Vygotsky (Rusia, 1896-1934)}
Walaupun siswa aktif dalam belajar, tetapi guru harus tetap membimbingnya; Guru mendorong siswa untuk belajar berkelompok; Guru mendorong peer tutoring / peer teaching yaitu siswa yang sudah bisa mengajarkan temannya yang belum bisa.

Multiple Intelligence / Kecerdasan Majemuk {Howard Earl Gardner (AS, 1943-)}
Guru  tidak boleh mencap siswa bodoh hanya karena siswa tersebut tidak pandai dalam satu pelajaran tertentu; Guru harus melakukan variasi pembelajaran agar berbagai kecerdasan siswa terakomodasi; Guru harus membantu siswa untuk mengenali potensi yang dimilikinya.

HUMANISME (MEMANUSIAKAN MANUSIA)
Pendidikan Naturalistik / Pendidikan Romantik {Jean Jacques Rousseau (Swiss, 1712-1778)}
Pembelajaran dengan mengeksplorasi benda dan alam; Pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan psikologis atau kejiwaan siswa; Pembelajaran harus mendorong siswa menjadi mandiri.

Pendidikan Progresif {John Dewey (AS, 1859-1952)}
Pembelajaran dengan siswa melakukan sendiri; Pembelajaran harus menekankan pada pengalaman; Guru dan siswa sama-sama seorang pembelajar.

Hirarki Kebutuhan {Abraham Harold Maslow (AS, 1908-1970)}
Menyediakan kapasitas ruang kelas yang memadai dan temperatur yang tepat; Guru harus menciptakan suasana kelas yang kondusif; Guru menghormati setiap pendapat siswa; Guru mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Cognitive Learning dan Experiential Learning {Carl Rogers (AS, 1902-1987)}
Guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif; Pembelajaran yang mementingkan pengalaman; Pembelajaran menekankan keterlibatan aktif siswa.

Meaning (Makna atau Arti)  {Arthur Wright Combs (AS, 1912-1999)
Pembelajaran harus memiliki arti bagi siswa; Pembelajaran harus disesuaikan dengan kehidupan nyata siswa; Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai siswa.

GESTALT
{Max Wertheimer (Ceko, 1880-1943), Kurt Koffka (Jerman, 1886-1941), Wolfgang Kohler (Estonia, 1887-1967)}
Hendaknya siswa memiliki kemampuan insight (tilikan) yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek atau peristiwa; Guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; Materi yang diajarkan harus memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan siswa; Guru harus membantu siswa untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Saturday 1 December 2018

PILIHAN TERBAIK ORANG TUA YANG BEKERJA TERHADAP POLA ASUH ANAK

Pekerjaan menjadi prioritas bagi sebagian orang tua. Sehingga seringkali anak mereka menjadi tumbal. Ada yang dititipkan pada lembaga penitipan anak atau menyewa asisten rumah tangga sendiri. Namun apakah ini menjadi pilihan terbaik? Pada dasarnya bahwa sentuhan orang tua tidak ada yang bisa menggantikannya, sekalipun itu berasal dari keluarga terdekatnya. Pola asuh orang tua akan sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak. Seperti misalnya, akan berbeda antara anak yang mendapat ASI dari ibunya dengan anak yang diberikan susu sapi atau susu formula. Anak yang mendapatkan ASI ibunya akan tumbuh sehat dan lebih cerdas. Begitupun dengan pola asuh berupa sentuhan seperti gendongan, usapan, dan perhatian orang tua akan memberi kenyamanan tersendiri pada diri anak. Lalu bagaimana pilihan terbaik?
Pilihan terbaik yang dapat diambil orang tua dengan kasus tersebut yaitu ibunya harus berhenti bekerja atau kalau bisa mengambil cuti. Memang berat harus berhenti bekerja apalagi jika tempat orang tuanya bekerja menerapkan peraturan yang sangat ketat atau tidak ada toleran. Namun orang tua harus menyadari bahwa betapa pentingnya sentuhan ibu bagi anak. Kalau pekerjaan dapat dicari lagi apabila anak sudah besar dan mandiri sekitar usia sekolah. Namun apabila anak tidak mendapatkan sentuhan orang tua, maka tidak dapat tergantikan dengan apa pun. Terlihat nanti anak yang kurang sentuhan orang tua tidak seceria anak yang mendapatkan sentuhan orang tuanya terutama dari sang ibu.

TEORI BELAJAR BESERTA PENJELASAN SINGKAT, PADAT, JELAS

BEHAVIORISME (PERUBAHAN TINGKAH LAKU)
Koneksionisme / Teori Asosiasi / Instrumental Conditioning / Trial and Error / Law of Effect {Edward Lee Thorndike (AS, 1874-1949)}
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Terdapat 3 hukum: law of effect bahwa kuat lemahnya hubungan stimulus dan respon tergantung kepada akibat yang ditimbulkan; law of exercise bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus menerus dilatih atau diulang, dan sebaliknya; law of readiness bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu.

Classical Conditioning / Kondisioning / Respond Conditioning {Ivan Petrovich Pavlov (Rusia, 1849-1936)}
Yang terpenting dalam belajar ialah adanya latihan-latihan yang kontinu (terus-menerus), sehingga individu menjadi terbiasa dan menimbulkan refleks. Terdapat 2 hukum: law of respondent conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut; law of respondent extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut.

Behaviorisme Murni {John Broadus Watson (AS, 1878-1958)}
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.

Teori Penguatan / Operant Conditioning {Burrhus Frederic Skinner (AS, 1904-1990)}
Unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan dibagi 2 yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif contohnya memberikan penghargaan atau menunjukkan ekspresi senang  untuk perilaku yang sesuai dengan keinginan. Sedangkan penguatan negatif, tidak memberikan penghargaan atau menunjukkan ekspresi tidak senang jika perilaku tersebut tidak sesuai dengan keinginan.

Teori Kontiguiti / Contiguous Conditinoning {Edwin Ray Guthrie (AS, 1886-1959)}
Teori kontiguiti yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu  timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Ia berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah, tingkah laku baik dapat diubah menjadi buruk dan sebaliknya tingkah laku buruk dapat diubah menjadi baik.

Systematic Behavior {Clark Leonard Hull (AS, 1884-1952)}
Tingkah laku itu berfungsi menjaga agar organisasi tetap bertahan hidup. Konsep sentral dalam teorinya berkisar pada kebutuhan biologis dan pemuas kebutuhan dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.

Teori Instruksional / Hirarki Belajar {Robert Mills Gagne (AS, 1916-2002)}
Belajar adalah suatu proses di mana siswa berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Ada 3 elemen belajar: individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Ada 8 hirarki belajar: belajar isyarat (signal), belajar stimulus-respon, belajar rangkaian gerak (chaining), belajar asosiasi verbal, belajar memperbedakan / diskriminasi, belajar konsep konkret, belajar konsep terdefinisi dan aturan, dan pemecahan masalah.

Teori Pembelajaran Sosial / Modelling / Peniruan {Albert Bandura (Kanada, 1925-)}
Tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar.

KONSTRUKTIVISME (PEMBANGUNAN PENGETAHUAN) / KOGNITIVISME (PERUBAHAN PERSEPSI DAN PEMAHAMAN)
Teori Bermakna / Meaningful Learning {David Paul Ausubel (AS, 1918-2008)}
Ada 2 jenis belajar: belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana siswa dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan agar bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi. Sedangkan belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh guru atau yang dibaca tanpa makna.

Discovery Learning {Jerome Seymour Bruner (AS, 1915-)}
Belajar merupakan proses aktif yang memungkinkan siswa untuk menemukan hal-hal yang baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Terdapat 3 proses kognitif dalam belajar: proses informasi (memperoleh pengetahuan), proses transformasi (memahami, mencerna, dan menganalisis pengetahuan), proses evaluasi (menilai pengetahuan). Terdapat 3 tahapan belajar: enaktif (memanipulasi objek secara langsung), ikonik (memanipulasi dengan menggunakan gambar), dan simbolik (memanipulasi dengan menggunakan simbol secara langsung).

Teori Skema / Konstruktivis / Koginitif Pertama / Cognitive Develomental / Perkembangan Kognitif {Jean Piaget (Swiss, 1896-1980)}
Proses belajar terdiri dari 3 tahap: asimilasi (penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa), akomodasi (penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru), equilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi). Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Perkembangan kognitif tersebut: sensorimotor (0-2 th), pra operasional (2-7 th), operasional konkrit (7-11 th), operasional formal (11-dewasa).

Interaksi Sosial / Pembelajaran Sosiokultural / Kognitif Sosial {Lev Semyonovich Vygotsky (Rusia, 1896-1934)}
Proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Interaksi anak dengan orang dewasa memberikan sumbangan terhadap perkembangan keterampilan. Orang dewasa berperan sebagai mentor untuk membantu anak dalam zone of proximal development, yakni istilah untuk rentang keterampilan yang tidak dapat dilakukan anak sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Bantuan dari orang dewasa tersebut dinamakan scaffolding, yakni memberikan bantuan (petunjuk, peringatan, dorongan, dll) kepada anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.

Multiple Intelligence / Kecerdasan Majemuk {Howard Earl Gardner (AS, 1943-)}
Kecerdasan manusia itu majemuk, multiple, dan setiap individu dapat memiliki lebih dari satu kecerdasan, di antaranya ada yang sangat menonjol, dan setiap kecerdasannya ini dapat bekerja bersama-sama pada satu momen, tapi dapat juga bekerja sendiri-sendiri dengan otonom. Kecerdasan itu antara lain: kecerdasan musikal, kinestetik, logis-matematis, linguistik, spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.

HUMANISME (MEMANUSIAKAN MANUSIA)
Pendidikan Naturalistik / Pendidikan Romantik {Jean Jacques Rousseau (Swiss, 1712-1778)}
Pendidikan berasal dari tiga sumber: alam, manusia, dan hal-hal yang sangat disukai. Pentingnya membiarkan alam untuk mengambil mata kuliah sesuai dengan individu anak. Membiarkan anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara tidak membandingkan anak satu dengan anak lain serta memberikan kebebasan anak untuk mengeksplorasi tanpa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Orang dewasa berperan sebagai pendidik dengan memberikan dukungan kepada anak untuk dapat berkembang secara alami. Siapkan lingkungan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan perkembangan anak agar anak dapat berkembang maksimal dan memberi kesempatan kepada anak untuk berkembang sendiri.

Pendidikan Progresif {John Dewey (AS, 1859-1952)}
Pendidikan progresif pada dasarnya adalah pandangan pendidikan yang menekankan kebutuhan untuk belajar dengan melakukan (learning by doing). Manusia belajar melalui ‘tangan’ pendekatan. Pengalaman adalah proses belajar yang berharga. Siswa harus berinteraksi dengan lingkungan mereka untuk beradaptasi dan belajar. Pendidikan harus didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang paling baik belajar apabila berada dalam situasi kehidupan nyata dengan orang lain.

Hirarki Kebutuhan {Abraham Harold Maslow (AS, 1908-1970)}
Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki. Orang berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan tersebut: fisiologis; keselamatan dan keamanan; rasa memiliki, sosial dan cinta; harga diri; dan perwujudan diri.

Cognitive Learning dan Experiential Learning {Carl Ransom Rogers (AS, 1902-1987)}
Ada 2 tipe belajar: kognitif (kebermaknaan) dan experiential (pengalaman atau signifikansi). Terkait 2 tipe tersebut bahwa pembelajaran harus menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai dan melibatkan pengalaman siswa secara langsung. Belajar adalah untuk membimbing anak ke arah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar.

Meaning (Makna atau Arti)  {Arthur Wright Combs (AS, 1912-1999)
Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka tidak mau dan terpaksa serta merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sesungguhnya tidak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

GESTALT
{Max Wertheimer (Ceko, 1880-1943), Kurt Koffka (Jerman, 1886-1941), Wolfgang Kohler (Estonia, 1887-1967)}
Gestalt dalam Bahasa Jerman, “whole configuration” yang kira-kira mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Dan keseluruhan lebih berarti dari bagian-bagian. Suatu objek atau peristiwa mempunyai organisasi (tata susunan) yang terdiri dari bentuk (figure) dan latar (ground). Figure adalah objek yang menjadi pusat pengamatan, sedangkan ground adalah sesuatu yang melatarbelakangi suatu figure sehingga figure itu nampak sebagai sesuatu yang bermakna. Suatu objek akan bermakna apabila dilihat secara keseluruhan. Misalnya pendidikan bukanlah gurunya, siswanya, dan kurikulumnya saja, tetapi keseluruhan yang bermakna dari komponen-komponen tersebut.

Friday 30 November 2018

METODE CERAMAH SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN ABAD 21

Bergulirnya abad 21 memberikan warning dalam kehidupan. Terlebih salah satu aspek kehidupan yang vital yaitu pendidikan. Pendidikan yang terimplementasi di sekolah melalui pembelajaran menjadi topik utama. Pembelajaran abad 21 menuntut agar siswa memiliki keterampilan kreatif, kolaboratif, komunikatif, serta berpikir kritis dan pemecahan masalah. Demi menunjang itu, awal peluncuran kurikulum 2013 ditetapkan pendekatan saintifik dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengelola informasi, dan menyajikan. Jadi segala bentuk pelajaran harus melewati proses percobaan. Atas dasar itu juga, banyak yang menganggap bahwa metode ceramah adalah metode yang sudah kuno dan harus ditinggalkan pada abad 21 ini.
Pembelajaran abad 21 sesungguhnya tidak hanya terkait pengetahuan dan keterampilan, tetapi yang lebih penting adalah moral dan spiritual. Banyak kasus degradasi moral seperti tawuran pelajar, pesta miras, merokok di sekolah, dan tidak lagi hormat kepada guru. Hal ini bukan terkait pengetahuan dan keterampilan tetapi dengan moral dan spiritual. Bahwa boleh jadi pengetahuan dan keterampilan mereka banyak, namun aspek moral dan spiritualnya tidak ada. Apalagi banyak juga orang pintar dan orang kaya yang membunuh, bunuh diri, dan stres. Mereka kerap kali merasa tidak menemukan ketenteraman hidup. Padahal mereka pintar dan kaya. Namun memang ukuran pintar dan kaya tidak menjamin ketenteraman seseorang. Ketenteraman itu berkaitan dengan hati. Hati akan tenteram apabila diisi dengan moral dan spiritual. Moral dan spiritual ini akan membimbing ke jalan yang benar dan menyejukkan segala keresahan hidup.
Pelajaran yang erat kaitannya dengan moral dan spiritual adalah agama, PKn, dan sejarah. Karena memuat moral dan spiritual maka pelajaran ini lebih relevan dengan metode ceramah. Coba kalau dipakai pendekatan saintifik. Misalnya pelajaran agama materi dosa kecil dan dosa besar.  Apakah harus menyuruh anak melakukan percobaan tentang dosa kecil dan dosa besar? Atau misalnya tentang surga dan neraka, apa yang dapat dilakukan percobaan? Oleh karena itu, di abad 21 ini metode ceramah masih sangat penting dilakukan. Banyak guru yang pandai berceramah sehingga membuat siswanya senang, paham, dan meresapi nilai moral dan spiritual yang disampaikan. Dengan demikian, sesungguhnya kasus degradasi moral dapat diatasi dengan metode ceramah dan keteladanan yang baik dari sosok seorang guru.

SISWA TIDAK SUKA DENGAN PELAJARAN KARENA FAKTOR GURU

Saat siswa suka dengan suatu pelajaran, maka ia akan bersemangat dalam mengikutinya. Begitupun sebaliknya, apabila siswa tidak suka dengan suatu pelajaran maka ia akan malas dan enggan mengikutinya. Kalau sudah malas, materi yang disampaikan guru tidak akan masuk bahkan yang ada siswa berharap pelajaran cepat berakhir.
            Pelajaran yang tidak disukai biasanya karena faktor guru pengajar. Walaupun matematika dianggap susah tetapi ketika guru pengajarnya menyenangkan maka kesusahan itu seakan hilang dengan sendirinya. Mungkin ini akibat dari sugesti yang mengendalikan pikiran dan mood seseorang.
            Mengenai ini, Gagne menyatakan salah satu tipe belajar yang bernama “belajar isyarat” yaitu belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada individu yang bersangkutan. Contohnya, sikap guru yang sangat menyenangkan siswa, dan membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
            Persis dengan pengalaman SMA saya dulu. Waktu SMA saya sangat tidak suka dengan pelajaran kimia karena gurunya galak. Apabila ada siswa yang tidak mengerti atau tidak bisa mengerjakan soal maka guru tersebut suka memarahi atau mempermalukan siswa yang bersangkutan. Itu yang membuat saya tidak suka yang awalnya terhadap gurunya hingga pada pelajarannya juga. Namun setelah kenaikan kelas dengan guru pengajar kimia yang baru, saya menjadi suka dengan kimia. Sebab guru tersebut humoris, jarang marah, dan interaktif dengan siswa.

NAMA TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BESERTA TOKOHNYA

1.      Behavioris Murni = John Watson
2.      Systematic Behavior = Clark Hull
3.      Teori Kontinguiti / Contiguous Conditioning = Edwin Guthrie  
4.      Teori Medan = Kurt Lewin
5.      Koneksionisme / Teori Asosiasi / Instrumental Conditioning / Trial and Error / Law of Effect = Edward Thorndike
6.      Classical Conditioning / Pengkondisian Klasik / Kondisioning / Respond Conditioning = Ivan Pavlov
7.      Teori Penguatan / Operant Conditioning / Pengkondisian Operan = Burrhus Skinner
8.      Teori Instruksional / Hirarki Belajar = Robert Gagne
9.      Teori Pembelajaran Sosial / Modelling / Peniruan = Albert Bandura
10.  Pembelajaran Bermakna / Meaningful Learning = David Ausubel
11.  Discovery Learning = Jerome Bruner
12.  Teori Skema / Konstruktivis / Koginitif Pertama / Cognitive Develomental / Perkembangan Kognitif = Jean Piaget
13.  Interaksi Sosial / Pembelajaran Sosiokultural / Kognitif Sosial = Lev Vygotsky
14.  Multiple Intelligence / Kecerdasan Majemuk = Howard Gardner
15.  Pendidikan Naturalistik / Pendidikan Romantik = Jean Rousseau
16.  Pendidikan Progresif = John Dewey
17.  Hirarki Kebutuhan = Abraham Maslow
18.  Cognitive Learning dan Experiential Learning = Carl Rogers
19.  Gestalt = Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler
20.  Sibernetik = Landa, Pask, dan Scott
21.  Meaning (Makna atau Arti) Arthur Combs

KRITERIA GURU IDOLA

1.      Humoris
Hampir semua siswa senang dengan guru yang humoris. Suasana di kelas menjadi cair, ceria, dan menyenangkan. Biasanya ketika siswa dalam keadaan senang seperti itu maka materi yang disampaikan guru tersebut mudah dipahami. Berbeda dengan guru yang diam seribu bahasa jarang senyum, “Waduh tiap ngajar kaya lagi ngawas ujian nasional aja ya”.
2.      Interaktif
Guru yang dalam mengajarnya sering melibatkan siswa berinteraksi lebih disenangi siswa. Perhatian siswa akan terpusat pada guru karena seolah-olah merasa sedang diajak bicara. Berbeda dengan guru yang fokus bicara sendiri (kayak lagi jualan obat), siswa akan merasa bosan dan mencari kesibukan lain.
3.      Jarang marah
Kalau guru yang jarang marah malah kita segan ya. Malah karena jarang marah, siswa berusaha untuk tidak membuatnya marah. Karena kalau sudah marah biasanya sangat mengerikan. Kalau guru yang sering marah, tiap kali ada pertemuannya siswa merasa malas dan ingin guru tersebut tidak masuk kelas.
4.      Demokratis
Demokratis ini melibatkan dan memberikan kesempatan kepada siswanya untuk beropini. Misalnya untuk bertanya, memecahkan masalah atau untuk merencanakan suatu kegiatan.
5.      Tidak banyak ngasih PR
Pekerjaan Rumah atau PR ini sebenarnya penting. Namun bukan berarti dengan seenaknya memberi PR dengan porsi yang tidak manusiawi. Bayangkan saja masih banyak guru yang memberikan PR kepada siswa seluruh latihan soal yang ada pada setiap bab di buku sumber. Inilah yang membuat siswa banyak yang frustrasi, kadang lebih memilih tidak sekolah saat PR yang banyak itu belum selesai dikerjakan.

CARA MENGATASI ANAK NAKAL

1.      Jangan mudah marah
Menghadapi anak yang nakal jangan mudah marah walaupun tingkahnya menjengkelkan. Apabila kita mudah marah maka dia akan terbiasa dengan sikap marah kita sehingga tidak akan merasa takut lagi. Berbeda ketika kita jarang marah lalu sekali kita marah dia akan merasa kaget dan takut. Sikap marah ini diperlukan apabila perilakunya sudah di luar batas.
2.      Kenali apa yang disukainya
Berdasarkan pengalaman saya mengasuh keponakan kategori nakal. Saya cari tahu apa yang menjadi kesukaannya. Waktu itu kesukaannya adalah main game. Saat kita sudah tahu kesukaannya maka ketika dia rewel atau ngamuk, saya coba ajak bermain game.
3.      Turuti keinginannya selama masih wajar
Biasanya anak itu keinginannya jajan, nonton, dan main. Usahakan kita selalu menuruti keinginannya tersebut dalam catatan masih wajar.
4.      Buat dia tertawa
Anak biasanya merasa nyaman dengan orang yang bisa membuatnya tertawa. Memang tidak mudah membuat anak tertawa, karena kita harus tahu karakteristiknya dulu. Tetapi apabila hal ini sudah dapat kita lakukan, dia akan merasa nyaman dan segan dengan kita.
5.      Menjadi lawan bicara yang menyenangkan
Walaupun kita orang dewasa, tetapi kita harus tahu bahasa anak. Cobalah kita masuk ke dalam dunia anak. Saat kita sudah mampu menjadi lawan bicara yang menyenangkan maka dia akan mendengarkan dan menuruti nasihat kita.

Thursday 29 November 2018

DOWNLOAD GRATIS!!! 3.000 LEBIH EBOOK PGPAUD, PGSD, DAN PENDIDIKAN DASAR

DIKDAS EBOOK merupakan situs penyedia ebook yang terkait dengan perkuliahan PGSD, PGPAUD, dan Pendidikan Dasar.  Hingga detik ini, lebih dari 3.000 ebook tersedia yang terdiri dari ebook berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris serta bisa Anda download secara gratis. Adapun ebook tersebut di antaranya mengenai teori belajar, kurikulum, evaluasi pembelajaran, statistika pendidikan, pendidikan karakter, pembelajaran abad 21, inovasi pendidikan, penelitian pendidikan, filsafat pendidikan, bimbingan dan konseling, konsep dasar matematika, konsep dasar IPA, konsep dasar IPS, filsafat ilmu, psikologi pendidikan, psikologi belajar, perkembangan peserta didik, orientasi baru pedagogik, literasi sains, PISA, serta ebook terbitan UNESCO. Silahkan download pada alamat: www.dikdasebook.com

Wednesday 28 November 2018

3 PENYEBAB PERINGKAT PISA INDONESIA BURUK

1.      Ketimpangan pendidikan
Berdasarkan hasil PISA 2015, Indonesia berada di posisi 8 dari bawah atau 69 dari 76 negara. Hasil tersebut lebih baik dibanding PISA 2012 yang menempatkan Indonesia di posisi 2 terbawah. Sampel PISA ini diambil secara acak. Harus diakui bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum tercapai dengan baik. Masih ada ketimpangan antara kualitas sekolah di kota dengan daerah. Tidak menutup kemungkinan bahwa sampel yang diambil PISA tersebut berasal dari sekolah dengan kualitas rendah. Berbeda dengan ajang olimpiade internasional, siswa yang mewakili Indonesia dipilih dari sekolah terbaik dan prestasi siswa terbaik pula. Hasilnya pun tak jarang Indonesia menjadi yang terbaik.
2.      Minat baca masih rendah
Berdasarkan hasil PISA, dari tiga kompetensi yang diujikan yakni membaca, matematika, dan sains, bahwa hanya kompetensi membaca yang belum mengalami peningkatan signifikan. Tercatat dari 396 poin di tahun 2012 menjadi 397 poin di tahun 2015. Ini membuktikan bahwa minat baca siswa kita masih perlu ditingkatkan lagi.
3.      Kualitas guru perlu ditingkatkan
Kualitas seorang guru akan berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Guru yang mampu membuat siswanya semangat, paham, kreatif, terampil, serta dapat mengembangkan potensi siswanya dengan baik masih kurang banyak di Indonesia. Terutama untuk ketiga kompetensi yang diujikan PISA seperti membaca, matematika, dan sains, kompetensi guru pengampu harus sangat diperhatikan.

PERBANDINGAN PENDIDIKAN FINLANDIA DAN INDONESIA

Pendidikan Finlandia
1.      Pemberian PR lebih sedikit
2.      Jam sekolah lebih pendek, sekitar 4 jam per hari, dengan sistem tiap 45 menit belajar harus istirahat 15 menit
3.      Guru lebih sedikit mengajarkan fakta, tetapi lebih banyak membangun kreativitas siswa
4.      Jarang ada ujian berstandar, guru memiliki cara tertentu dalam menilai siswanya
5.      Profesi guru terhormat setara dokter dan pengacara
6.      Guru harus bergelar master pendidikan, persaingan untuk gelar tersebut sangat ketat
7.      Dari tiap sepuluh pendaftar, hanya satu yang diterima menjadi guru SD
8.      Fakultas pendidikan untuk menjadi guru SD paling sulit dimasuki, lebih sulit daripada fakultas kedokteran dan hukum
9.      Tidak ada kurikulum nasional, yang ada hanyalah kerangka kerja sebagai pedoman bagi tiap sekolah

Pendidikan Indonesia
1.      Pemberian PR lebih banyak, tak jarang semua latihan soal setiap bab menjadi PR
2.      Jam sekolah lebih panjang, sekitar 5 jam per hari (7.00-12.00) dengan sistem istirahat sekali biasanya 30 menit
3.      Masih banyak guru yang hanya menyampaikan materi terfokus di buku sumber yang digunakan, sedangkan siswa duduk, diam, mendengarkan
4.      Dalam pembelajaran terdapat tes berstandar seperti ulangan harian, UTS, dan UAS, serta UN secara nasional
5.      Profesi guru terhormat tetapi dianggap masih di bawah dokter dan pengacara
6.      Guru harus bergelar sarjana pendidikan, persaingan untuk gelar tersebut cukup mudah apalagi banyak perguruan tinggi swasta menyediakan itu
7.      Dari tiap sepuluh pendaftar guru SD bisa jadi semuanya diterima, apalagi banyak perguruan tinggi yang tidak menerapkan seleksi yang ketat
8.      Fakultas pendidikan untuk menjadi guru SD lebih mudah dimasuki, apalagi dibandingkan dengan fakultas kedokteran dan hukum
9.      Terdapat kurikulum nasional, hingga kini tidak kurang dari sepuluh kali pergantian kurikulum nasional