Profesi guru merupakan profesi yang sangat menyenangkan.
Kita bisa bersenda gurau dengan guru-guru yang lain di sekolah, dan yang paling
berkesan adalah melihat siswa-siswa yang selalu ceria dan lucu. Mungkin kalau
dilihat dari besarnya gaji, guru tidak ada apa-apanya. Namun yang namanya
kebahagiaan tidak dapat diukur dari besarnya gaji. Profesi guru memiliki
kepuasan lebih terutama kepuasan batin. Kadang saat kita punya masalah di
rumah, dengan melihat tingkah laku siswa yang konyol menjadi terobati. Dan saat
libur semester, seringkali merasa rindu dengan tingkah laku mereka. Mungkin
hal-hal yang seperti inilah yang tidak didapat dari profesi lain.
Selain
itu, coba kita lihat kasus-kasus yang terkait dengan bunuh diri, tidak sedikit
dari mereka adalah orang kaya atau orang yang berpenghasilan tinggi. Padahal
kalau sepintas kita pikirkan, orang kaya kan banyak uang, segala saja bisa
kebeli. Namun memang secara materil bisa didapat, tetapi yang namanya
kebahagiaan tidak cukup dengan materil. Sering juga kita lihat seorang guru
honorer yang sudah mengabdi berpuluh tahun dengan gaji Rp300.000 perbulan,
namun mereka tetap semangat dan ikhlas menjalaninya.
Momen-momen
saat pembelajaran seringkali memberi kesan tersendiri. Ada siswa yang tidur,
siswa yang tidak memperhatikan, ada juga siswa yang terlambat masuk kelas.
Terkadang ada guru yang penyabar, tegas, bahkan ada guru yang emosional.
Parahnya kalau di kelas tersebut gurunya emosional, ditambah ada siswa yang
sulit mengerti, waduh sudah habislah diomelin. Tetapi yang bikin salut, siswa
zaman dulu ini mereka kuat mentalnya dan tahan banting. Saat dimarahi guru,
mereka diam dan saat pulang sekolah pun tidak mengadu ke orang tuanya, karena
bisa jadi orang tuanya malah tambah memarahinya. Bahkan hukuman fisik dari guru
pun seringkali didapat.
Sekarang
zaman sudah berbeda. Anak zaman sekarang biasa disebut generasi millennial.
Generasi ini lekat dengan kecanggihan teknologi, seperti alat elektronik sudah
lebih canggih, gadget,
TV, komputer, internet, dll. Namun perlu kita perhatikan bahwa kecanggihan
teknologi ini tidak serta merta berdampak positif, akan tetapi juga berdampak
negatif. Seperti memicu timbulnya sikap cuek, individualis, dan lebih suka
berinteraksi di dunia maya. Banyak ditemui, sepulang sekolah siswa di rumahnya
hanya bergelut dengan HP atau pergi ke warnet untuk bermain game, sampai
mereka lupa waktu, pulang ke rumah sudah larut malam. Tugas sekolah tak peduli,
sholat 5 waktu ditinggalkan, hanya memikirkan hobinya saja. Bahkan ke esokan
harinya saat belajar di sekolah, jasadnya ada di kelas tetapi pikirannya “Masih
di Dunia Lain” yaitu dunia game-nya.
Perkembangan zaman memang
tidak dapat kita pungkiri. Dengan berkembangnya zaman maka akan mempengaruhi
berbagai sendi kehidupan, baik dalam bidang iptek, sosial, politik, ekonomi,
maupun pendidikan. Perkembangan zaman ini memiliki dampak positif dan negatif.
Seperti misalnya dengan perkembangan zaman, pola pikir masyarakat menjadi lebih
maju, pendidikan lebih diperhatikan, pemenuhan kebutuhan lebih mudah, dsb.
Namun adapula dampak negatifnya, seperti halnya tadi anak menjadi terlena
dengan gadget,
pergaulan lebih bebas, moral mulai luntur, agama kurang diperhatikan, dan masih
banyak lagi. Tentu hal tersebut menjadi tanggung jawab kita semua. Terutama
bagi seorang pendidik, seyogianya mampu memberikan pengertian dan arahan kepada
siswa agar bijak dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi ini.
No comments:
Post a Comment