1. Tidak
ada assessment berstandar, semacam UN
Sebenarnya mengenai tes
berstandar semacam UN ini menjadi pro kontra. Namun menurut saya, tes
berstandar ini cukup penting dalam memetakan capaian pendidikan di suatu
negara. Apabila tanpa dilakukan tes, akan sulit rasanya melakukan evaluasi
secara nasional. Finlandia termasuk yang tidak menerapkan tes berstandar ini. Memang
Finlandia pernah menjadi yang terbaik dalam ajang PISA, puncaknya pada hasil
PISA 2003 dengan capaian peringkat 1 sains dan membaca, dan peringkat 2
matematika. Namun capaian tersebut semakin menurun sejak hasil PISA 2009 yaitu
peringkat 2 sains, peringkat 3 membaca, dan peringkat 6 matematika. Bahkan pada
PISA 2012 Finlandia menduduki peringkat 6 membaca, peringkat 5 sains, dan
peringkat 12 matematika.
2. Sekolah
lebih mengedepankan kolaborasi bukan kompetensi
Hal ini pun tidak
sepenuhnya menjadi kekurangan. Namun yang saya rasakan waktu sekolah
termotivasi untuk rajin belajar karena berlomba-lomba ingin menjadi yang
terbaik. Hal tersebut bagus saya kira, karena motivasi belajar siswa terus
terpacu dan akan berdampak terhadap hasil belajarnya.
3. Aspek spiritual dan etika
di bawah hak kebebasan
Unsur spiritual dan
etika terdapat pada mata pelajaran di sekolah sejak kelas 1. Namun nampaknya
kedua aspek tersebut kedudukannya masih di bawah hak kebebasan. Salah satu
contoh terkait kaum LGBT. Aktivitas seks sesama jenis telah dilegalkan di
Finlandia sejak tahun 1971. Perihal tersebut terus mengalami perkembangan,
hingga yang terbaru Undang-Undang yang melegalkan pernikahan sesama jenis dan
adopsi oleh pasangan sesama jenis disetujui oleh parlemen Finlandia pada tahun
2014. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2017.
Lebih lengkapnya dapat
kamu download bukunya di dikdasebook.blogspot.com
Cara download bukunya gimana kak?
ReplyDeleteWw
ReplyDeleteada plus minusnya ya
ReplyDeletetruk scania