Sigmund
Freud, seorang pakar psikologi mengatakan bahwa manusia itu terdiri dari 3
komponen: perasaan, pikiran, dan perbuatan. Manusia dikatakan normal jika
ketiganya selaras. Namun, bila tidak seimbang maka terjadi pecahnya kepribadian
yang berakibat gangguan kejiwaan.
Hippocrates,
bapak ilmu kedokteran membagi manusia itu ke dalam 4 golongan menurut zat cair
yang ada dalam tubuhnya. 1. Melankolis, orang yang banyak empedu hitamnya.
Sehingga karakternya itu murung, pesimistis, dan menaruh rasa curiga. 2.
Sanguinis, orang yang banyak darahnya. Sehingga karakternya ceria, gembira, dan
optimistis. 3. Flegmatis, orang yang banyak lendirnya. Sehingga karakternya
malas, lamban, wajah pucat, dan tenang. 4. Koleris, orang yang banyak empedu
kuningnya. Sehingga karakternya bertubuh besar dan kuat, tempramen, dan
agresif.
Hippocrates,
bapak ilmu kedokteran mengatakan bahwa tubuh mempunyai kekuatan yang berasal
dari dalam untuk memulihkan.
Oswald
Spengler, mengemukakan bahwa setiap masyarakat berkembang melalui 4 tahap
seperti pertumbuhan manusia: masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua.
Arnold
Toynbee, sejarawan Inggris, menambahkan bahwa kebangkitan dan kemunduran suatu
peradaban melalui konsep tantangan dan tanggapan (challenge and
response). Jika masyarakat mampu merespon tantangan maka akan bertahan dan
berkembang. Jika tidak maka akan mengalami kemunduran dan akhirnya punah.
Menurut
teori conditioning
dari Pavlov, daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang
enak dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak.
Menurut
Skinner dalam teori operant
conditioning mengatakan bahwa perilaku kita sehari-hari dapat dikontrol
dengan suatu penguatan (reinforcement).
Ada penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif contohnya,
memberikan imbalan atau hadiah untuk perilaku yang sesuai dengan keinginan.
Sedangkan penguatan negatif, dengan tidak memberikan penghargaan jika perilaku
tersebut tidak sesuai dengan keinginan.
Aristoteles
pernah berkata di dalam book on ethics
dan book on
categories bahwa orang yang buruk bisa berubah menjadi baik melalui
pendidikan.
Soekarno
pernah mengatakan bahwa agama adalah unsur mutlak dalam nasional and character building.
Menurut
Socrates, bahwa manusia adalah makhluk yang dalam dirinya tertanam jawaban
mengenai berbagai persoalan dunia.
Menurut
teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu id,
ego, dan superego. Id adalah nafsu yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah.
Ego adalah kontrol id. Contohnya peraturan. Keinginan nafsunya sudah ada
pertimbangan akibatnya. Superego adalah hati nurani. Dengan hati nurani,
manusia akan mampu merasakan, berpikir objektif, tidak merugikan orang lain,
dll. Namun superego atau hati nurani ditentukan oleh bimbingan lingkungan sejak
usia dini. Bila diasuh dalam lingkungan yang cuek, otoriter, keras, maka
superegonya tumpul.
Menurut
Gagne, belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang lebih
dominan adalah lingkungan. Lingkungan akan menentukan apa yang akan dipelajari
oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Menurut
Ausubel, belajar dikatakan bermakna bila mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki (meaningful learning).
Menurut
Bruner, belajar merupakan proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan
hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya (discovery learning).
Menurut
Vygotsky dalam teori sosiokultural, bahwa interaksi anak dengan orang dewasa
memberikan sumbangan terhadap perkembangan keterampilan. Orang dewasa berperan
sebagai mentor untuk mengarahkan anak ke dalam zone of proximal
development yakni istilah untuk rentang keterampilan yang tidak dapat
dilakukan anak sendiri tanpa bantuan orang dewasa yang ahli.
Menurut
Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai
model merupakan tindakan belajar (modelling).
Menurut
Piaget, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik.
Menurut
Pavlov dalam teori classical
conditioning bahwa yang terpenting dalam belajar ialah adanya
latihan-latihan yang kontinyu.
Menurut
Thorndike dalam teori koneksionisme, bahwa belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon. Orang yang dapat menguasai stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya, dapat dikatakan berhasil dalam belajar.
Kaisar
Hirohito menjelang meninggalnya setelah peristiwa pengeboman Hirosima dan
Nagasaki, ada 3 yang ditanyakan: 1. Berapa jumlah guru yang selamat? 2. Berapa
jumlah dokter yang selamat? 3. Berapa jumlah hakim yang selamat?
Trilling
and Hood mengatakan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh
kurikulum, tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan
belajar siswa.
Andrey
Filatov ketika federasi catur Rusia pernah bertanya kepada presiden Armenia
Serzh Sargeyan, mengapa mereka mewajibkan pelajaran catur di sekolah.
Jawabannya sangat luar biasa, “Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang
mengikuti pelajaran catur di sekolah tidak pernah memakai narkoba”. Anak-anak
telah belajar memikirkan setiap langkah mereka, terutama yang dapat menimbulkan
akibat buruk.
Menurut
James van der Zanden, bahwa penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses
sosialisasi yang tidak sempurna. Retaknya sebuah rumah tangga menjadikan
seorang anak tidak mengenal disiplin bersosialisasi tidak melakukan peran yang
semestinya.
Aristoteles
mengatakan, jika engkau mencintai dirimu, janganlah engkau memberikannya waktu
untuk melakukan kejelekan.
Kata
Plautus yang dipopulerkan oleh Thomas Hobbes, homo homini socius
(manusia adalah kawan bagi sesamanya) dan homo homini lupus
(manusia adalah serigala bagi manusia yang lain). Di mana homo homini lupus ini
menggambarkan situasi masyarakat yang diwarnai persaingan dan peperangan. Belum omnium contra
omnes (perang semua melawan semua) siapapun bisa menjadi musuh. Manusia
yang satu bisa mengorbankan manusia yang lain demi tujuan yang ingin dicapai.
Menurut
Pestalozzi, bahwa tujuan pendidikan adalah mengangkat derajat status sosial
umat manusia dengan mengembangkan semua aspek individualnya yaitu otak, tangan,
dan hati.
Karakter
yang berkualitas perlu dibina sejak dini karena pada masa ini anak mengalami
masa kritis dalam pembentukan karakternya, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Universitas Otago di Dunedin, New Zealand. Mereka meneliti 1000 anak yang
diteliti selama 23 tahun. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa
anak-anak yang pada usia 3 tahun telah didiagnosa sebagai uncontrollable
toddler (anak yang sulit diatur, pemarah, dan pembangkang) ternyata ketika
berusia 18 tahun menjadi remaja yang bermasalah, agresif, dan mempunyai masalah
dalam pergaulannya. Pada usia 21 tahun mereka sulit membina hubungan sosial
dengan orang lain dan terlibat dalam tindakan kriminal. Sebaliknya untuk anak
yang ketika 3 tahun sudah memiliki jiwa (well adjusted toddler)
tumbuh menjadi orang-orang yang berhasil dan sehat jiwanya.
The future depends on what we do in the
present (masa depan
tergantung pada apa yang kita lakukan saat ini). (Mahatma Gandhi)
Menurut
Thales, bahwa orang yang bercita-cita tinggi adalah orang yang menganggap
teguran keras baginya lebih lembut daripada sanjungan merdu seorang penjilat
yang berlebih-lebihan.
Menurut
David McClelland, virus-virus motif pemuda ada 3 yakni need of achievement
(keinginan untuk berprestasi), need of affiliation
(keinginan untuk berkelompok), dan need of power
(keinginan untuk menguasai).
Kata
Muhammad Iqbal seorang pemikir dari Pakistan, bahwa tidak ada tempat berhenti
di jalan ini, siapa yang terlambat maka akan tergilas oleh sejarah.
No comments:
Post a Comment