Thursday, 1 February 2018

KUTIPAN TEORI PARA TOKOH TENTANG MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Sigmund Freud, seorang pakar psikologi mengatakan bahwa manusia itu terdiri dari 3 komponen: perasaan, pikiran, dan perbuatan. Manusia dikatakan normal jika ketiganya selaras. Namun, bila tidak seimbang maka terjadi pecahnya kepribadian yang berakibat gangguan kejiwaan.

Hippocrates, bapak ilmu kedokteran membagi manusia itu ke dalam 4 golongan menurut zat cair yang ada dalam tubuhnya. 1. Melankolis, orang yang banyak empedu hitamnya. Sehingga karakternya itu murung, pesimistis, dan menaruh rasa curiga. 2. Sanguinis, orang yang banyak darahnya. Sehingga karakternya ceria, gembira, dan optimistis. 3. Flegmatis, orang yang banyak lendirnya. Sehingga karakternya malas, lamban, wajah pucat, dan tenang. 4. Koleris, orang yang banyak empedu kuningnya. Sehingga karakternya bertubuh besar dan kuat, tempramen, dan agresif.

Hippocrates, bapak ilmu kedokteran mengatakan bahwa tubuh mempunyai kekuatan yang berasal dari dalam untuk memulihkan.

Oswald Spengler, mengemukakan bahwa setiap masyarakat berkembang melalui 4 tahap seperti pertumbuhan manusia: masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua.

Arnold Toynbee, sejarawan Inggris, menambahkan bahwa kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban melalui konsep tantangan dan tanggapan (challenge and response). Jika masyarakat mampu merespon tantangan maka akan bertahan dan berkembang. Jika tidak maka akan mengalami kemunduran dan akhirnya punah.

Menurut teori conditioning dari Pavlov, daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak.

Menurut Skinner dalam teori operant conditioning mengatakan bahwa perilaku kita sehari-hari dapat dikontrol dengan suatu penguatan (reinforcement). Ada penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif contohnya, memberikan imbalan atau hadiah untuk perilaku yang sesuai dengan keinginan. Sedangkan penguatan negatif, dengan tidak memberikan penghargaan jika perilaku tersebut tidak sesuai dengan keinginan.

Aristoteles pernah berkata di dalam book on ethics dan book on categories bahwa orang yang buruk bisa berubah menjadi baik melalui pendidikan.

Soekarno pernah mengatakan bahwa agama adalah unsur mutlak dalam nasional and character building.

Menurut Socrates, bahwa manusia adalah makhluk yang dalam dirinya tertanam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia.

Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu id, ego, dan superego. Id adalah nafsu yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah. Ego adalah kontrol id. Contohnya peraturan. Keinginan nafsunya sudah ada pertimbangan akibatnya. Superego adalah hati nurani. Dengan hati nurani, manusia akan mampu merasakan, berpikir objektif, tidak merugikan orang lain, dll. Namun superego atau hati nurani ditentukan oleh bimbingan lingkungan sejak usia dini. Bila diasuh dalam lingkungan yang cuek, otoriter, keras, maka superegonya tumpul.

Menurut Gagne, belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang lebih dominan adalah lingkungan. Lingkungan akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.

Menurut Ausubel, belajar dikatakan bermakna bila mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki (meaningful learning).

Menurut Bruner, belajar merupakan proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya (discovery learning).

Menurut Vygotsky dalam teori sosiokultural, bahwa interaksi anak dengan orang dewasa memberikan sumbangan terhadap perkembangan keterampilan. Orang dewasa berperan sebagai mentor untuk mengarahkan anak ke dalam zone of proximal development yakni istilah untuk rentang keterampilan yang tidak dapat dilakukan anak sendiri tanpa bantuan orang dewasa yang ahli.

Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar (modelling).

Menurut Piaget, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.

Menurut Pavlov dalam teori classical conditioning bahwa yang terpenting dalam belajar ialah adanya latihan-latihan yang kontinyu.

Menurut Thorndike dalam teori koneksionisme, bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Orang yang dapat menguasai stimulus dan respon sebanyak-banyaknya, dapat dikatakan berhasil dalam belajar.

Kaisar Hirohito menjelang meninggalnya setelah peristiwa pengeboman Hirosima dan Nagasaki, ada 3 yang ditanyakan: 1. Berapa jumlah guru yang selamat? 2. Berapa jumlah dokter yang selamat? 3. Berapa jumlah hakim yang selamat?

Trilling and Hood mengatakan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum, tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa.

Andrey Filatov ketika federasi catur Rusia pernah bertanya kepada presiden Armenia Serzh Sargeyan, mengapa mereka mewajibkan pelajaran catur di sekolah. Jawabannya sangat luar biasa, “Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikuti pelajaran catur di sekolah tidak pernah memakai narkoba”. Anak-anak telah belajar memikirkan setiap langkah mereka, terutama yang dapat menimbulkan akibat buruk.

Menurut James van der Zanden, bahwa penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang tidak sempurna. Retaknya sebuah rumah tangga menjadikan seorang anak tidak mengenal disiplin bersosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.

Aristoteles mengatakan, jika engkau mencintai dirimu, janganlah engkau memberikannya waktu untuk melakukan kejelekan.

Kata Plautus yang dipopulerkan oleh Thomas Hobbes, homo homini socius (manusia adalah kawan bagi sesamanya) dan  homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi manusia yang lain). Di mana homo homini lupus ini menggambarkan situasi masyarakat yang diwarnai persaingan dan peperangan. Belum omnium contra omnes (perang semua melawan semua) siapapun bisa menjadi musuh. Manusia yang satu bisa mengorbankan manusia yang lain demi tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Pestalozzi, bahwa tujuan pendidikan adalah mengangkat derajat status sosial umat manusia dengan mengembangkan semua aspek individualnya yaitu otak, tangan, dan hati.

Karakter yang berkualitas perlu dibina sejak dini karena pada masa ini anak mengalami masa kritis dalam pembentukan karakternya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Universitas Otago di Dunedin, New Zealand. Mereka meneliti 1000 anak yang diteliti selama 23 tahun. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa anak-anak yang pada usia 3 tahun telah didiagnosa sebagai uncontrollable toddler (anak yang sulit diatur, pemarah, dan pembangkang) ternyata ketika berusia 18 tahun menjadi remaja yang bermasalah, agresif, dan mempunyai masalah dalam pergaulannya. Pada usia 21 tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan orang lain dan terlibat dalam tindakan kriminal. Sebaliknya untuk anak yang ketika 3 tahun sudah memiliki jiwa (well adjusted toddler) tumbuh menjadi orang-orang yang berhasil dan sehat jiwanya.

The future depends on what we do in the present (masa depan tergantung pada apa yang kita lakukan saat ini). (Mahatma Gandhi)

Menurut Thales, bahwa orang yang bercita-cita tinggi adalah orang yang menganggap teguran keras baginya lebih lembut daripada sanjungan merdu seorang penjilat yang berlebih-lebihan.

Menurut David McClelland, virus-virus motif pemuda ada 3 yakni need of achievement (keinginan untuk berprestasi), need of affiliation (keinginan untuk berkelompok), dan need of power (keinginan untuk menguasai).

Kata Muhammad Iqbal seorang pemikir dari Pakistan, bahwa tidak ada tempat berhenti di jalan ini, siapa yang terlambat maka akan tergilas oleh sejarah.

No comments:

Post a Comment