Sunday 10 May 2015

KUMPULAN ANEKDOT KOPLAK #3

Berikut ini KOLEKSI ANEKDOT KOPLAK bagian ke-3. Semoga bermanfaat! 

1.      Belum Kering
Seorang anak laki-laki yang barusan disunat, tidur-tiduran di kursi sambil nonton TV. Kedua orangtuanya sibuk ngobrol dengan para tamu di ruangan yang berbeda. Terdengar anak laki-laki tersebut mengerang kesakitan sambil berteriak-teriak memanggil orangtuanya. Sontak hal tersebut membuat orangtuanya dan para tamu menghampirinya. Orangtuanya bertanya, “Kenapa?, Kenapa?, Kenapa Nak?”. Anak laki-laki itu menjawab, “Ini aku sakit”, sambil menunjuk p-nya. Ternyata p-nya ereksi melihat ada tayangan cewek sexi di TV.

2.      Diapa-apain
Seorang mahasiswi yang sering membawa laki-laki ke kamar kosannya. Kemudian, mahasiswi tersebut diintrogasi oleh teman kosannya “Ngapain kamu di kamar sama laki-laki?”. “Ngga ngapa-ngapain kok, cuma diapa-apain”, sahut mahasiswi tersebut.

3.      Jadi Ungu
Hari rabu adalah jadwal olah raga kelas XII IPA 1. Kebetulan rabu itu materinya praktek renang. Sesampainya di kolam, siswa dan siswinya ganti pakaian, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan. Tak lama kemudian gurunya datang. Lalu beliau mengecek daftar hadir, lalu menginstruksikan siswa dan siswinya untuk berendam di kolam. Namun beberapa menit kemudian, air kolam yang tadinya berwarna biru berubah menjadi ungu. Semua orang terheran-heran dan merasa ketakutan. Usut punya usut, ternyata siswinya pada sedang datang bulan.

4.      Miskonsepsi
Setelah pulang sekolah, seorang siswa tiba di rumahnya dalam keadaan menangis. Lalu, ibunya menghampirinya dan bertanya “Kenapa menangis, Nak?”. “Aku jatuh, Mah”, jawab si anak. “Kenapa bisa jatuh?”, Tanya ibu. “Aku kesandung batu jadi jatuh”, jawab si anak. “Makannya kalau jalan liat-liat, liat ke depan, liat ke bawah”, sahut ibu. “Aku ngga liat bawah Mah, soalnya, kata bu guru di kaki kita ada mata kaki”, jawab si anak.

5.      Habis Ongkos
Seorang anak yang bernama Budi, pamit kepada ayah dan ibunya untuk pergi jalan-jalan ke kota. Ibu dan ayah mengijinkannya dan memberinya bekal untuk ongkos dan jajan di sana. Maklum dari kampung, sesampainya di kota, Budi berjingkrak-jingkrak kegirangan melihat barang mewah dan makanan yang melimpah-ruah. Segala macam barang dan makanan pun Budi beli, sampai-sampai bekal yang diberikan oleh orang tuanya habis tak tersisa. Budi pun bingung tidak punya ongkos untuk pulang. Lalu Budi menghampiri polisi yang sedang mengatur lalu lintas. Dengan gaya meminta belas kasihan, Budi menceritakan bahwa dirinya tersesat. Mendengar cerita Budi yang mengharukan, polisi pun tak tahan dan langsung bergegas mengantar budi pulang ke rumah.

No comments:

Post a Comment