Saturday, 12 November 2016

MORKANTI (HUMOR DAN PURWAKANTI)

Hakikat Morkanti
Morkanti adalah akronim dari humor dan purwakanti. Morkanti merupakan metode menyajikan bacaan yang mengkombinasikan antara humor dan purwakanti. Istilah Morkanti pertama kali diperkenalkan pada 09 Agustus 2015 oleh Restu Ahmad Nugraha S. dalam salah satu postingan blognya yang berjudul “Morkanti – Doa”. Kemudian, dikembangkan pada 29 September 2016 pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berjudul “Sense of Humor dalam Desain Purwakanti untuk Meningkatkan Minat Baca Anak”. Tujuan dari metode Morkanti yakni memberikan kesenangan dua arah (two-way pleasure) baik kepada pembaca maupun pendengar.
Point of interest dari metode ini terletak pada dua unsur, yakni humor dan purwakanti. Humor berasal dari kata umor yaitu you-moors (cairan-mengalir). Peran humor pada metode ini memberikan sugesti unik terhadap bacaan sehingga pembaca maupun pendengar lebih enjoy dan cenderung tersenyum simpul. Sedangkan purwakanti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah majas berupa ulangan bunyi awal pada kata yang berurutan, banyak terdapat di dalam puisi. Peran dari purwakanti ini memberikan sugesti indah sehingga pembaca maupun pendengar mau tidak mau terpikat dan cenderung memberi atensi penuh.
Unsur humor dan purwakanti yang memberi efek kesenangan tidak berarti main-main atau asal-asalan. Metode Morkanti konsisten mengandung konten yang lekat akan value (nilai) dan virtue (kebaikan). Sehingga, dengan metode Morkanti ini pembaca maupun pendengar tidak terkesan sia-sia dalam implementasinya.

Sintaks Membuat Morkanti
1. Organizing-Recording (Pengumpulan dan Pencatatan)
Proses pengumpulan materi dari berbagai sumber untuk kemudian dilakukan proses pencatatan sebagai bahan bacaan.
2. Classifying (Pengelompokan)
Materi yang telah terkumpul dan tercatat, lalu dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Contoh: alat musik sunda: arumba, karinding, dst.
3. Selecting (Pemilihan)
Setelah dikelompokkan berdasarkan jenisnya, kemudian dipilih sesuai dengan purwakanti. Contoh: angklung dan calung.
4. Sorting (Pemilahan)
Setelah dipilih sesuai dengan purwakanti, lalu dipilah berdasarkan humor. Contoh: degung, celempung; arumba, tarawangsa.
5. Summarizing (Penyusunan)
Setelah itu, dilakukan proses penyusunan materi menjadi bacaan.
6. Presentation (Penyajian)
Tahap akhir yaitu proses penyajian bacaan.

Keunggulan Morkanti
1. Membangun sensasi tersendiri bagi individu ketika membaca
2. Melatih individu dalam mengolah kata
3. Mengkreasikan kemampuan individu dalam berkomunikasi
4. Meningkatkan minat baca individu
5. Membentuk individu untuk berpikir kreatif
6. Mendorong individu dalam berpikir kritis
7. Mengasah sense of humor individu
8. Merekreasi individu dalam membaca
9. Mengemas bacaan menjadi menarik
10. Membuat bacaan menjadi easy listening (mudah diingat)
11. Mendesain bacaan yang enjoy, rileks, dan menghibur
12. Memberikan kesan lucu, unik, dan estetis pada bacaan
13. Mencegah unsur kaku, membosankan, dan monoton pada bacaan
14. Mengkolaborasikan antara education and entertainment (pendidikan dan hiburan)
15. Mendukung program joyful learning (pembelajaran yang menyenangkan)

Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

No comments:

Post a Comment