Berikut
ini KOLEKSI ANEKDOT KOPLAK bagian
ke-3. Semoga bermanfaat!
1.
Belum Kering
Seorang anak laki-laki yang barusan disunat,
tidur-tiduran di kursi sambil nonton TV. Kedua orangtuanya sibuk ngobrol dengan
para tamu di ruangan yang berbeda. Terdengar anak laki-laki tersebut mengerang
kesakitan sambil berteriak-teriak memanggil orangtuanya. Sontak hal tersebut
membuat orangtuanya dan para tamu menghampirinya. Orangtuanya bertanya,
“Kenapa?, Kenapa?, Kenapa Nak?”. Anak laki-laki itu menjawab, “Ini aku sakit”,
sambil menunjuk p-nya. Ternyata p-nya ereksi melihat ada tayangan cewek sexi di
TV.
2.
Diapa-apain
Seorang mahasiswi yang sering membawa laki-laki
ke kamar kosannya. Kemudian, mahasiswi tersebut diintrogasi oleh teman kosannya
“Ngapain kamu di kamar sama laki-laki?”. “Ngga ngapa-ngapain kok, cuma
diapa-apain”, sahut mahasiswi tersebut.
3.
Jadi Ungu
Hari rabu adalah jadwal olah raga kelas XII IPA
1. Kebetulan rabu itu materinya praktek renang. Sesampainya di kolam, siswa dan
siswinya ganti pakaian, kemudian dilanjutkan dengan pemanasan. Tak lama
kemudian gurunya datang. Lalu beliau mengecek daftar hadir, lalu
menginstruksikan siswa dan siswinya untuk berendam di kolam. Namun beberapa
menit kemudian, air kolam yang tadinya berwarna biru berubah menjadi ungu.
Semua orang terheran-heran dan merasa ketakutan. Usut punya usut, ternyata
siswinya pada sedang datang bulan.
4.
Miskonsepsi
Setelah pulang sekolah, seorang siswa tiba di
rumahnya dalam keadaan menangis. Lalu, ibunya menghampirinya dan bertanya
“Kenapa menangis, Nak?”. “Aku jatuh, Mah”, jawab si anak. “Kenapa bisa jatuh?”,
Tanya ibu. “Aku kesandung batu jadi jatuh”, jawab si anak. “Makannya kalau
jalan liat-liat, liat ke depan, liat ke bawah”, sahut ibu. “Aku ngga liat bawah
Mah, soalnya, kata bu guru di kaki kita ada mata kaki”, jawab si anak.
5.
Habis Ongkos
Seorang
anak yang bernama Budi, pamit kepada ayah dan ibunya untuk pergi jalan-jalan ke
kota. Ibu dan ayah mengijinkannya dan memberinya bekal untuk ongkos dan jajan
di sana. Maklum dari kampung, sesampainya di kota, Budi berjingkrak-jingkrak
kegirangan melihat barang mewah dan makanan yang melimpah-ruah. Segala macam
barang dan makanan pun Budi beli, sampai-sampai bekal yang diberikan oleh orang
tuanya habis tak tersisa. Budi pun bingung tidak punya ongkos untuk pulang.
Lalu Budi menghampiri polisi yang sedang mengatur lalu lintas. Dengan gaya
meminta belas kasihan, Budi menceritakan bahwa dirinya tersesat. Mendengar
cerita Budi yang mengharukan, polisi pun tak tahan dan langsung bergegas
mengantar budi pulang ke rumah.
No comments:
Post a Comment