Mungkin aku melihat 1.000 laki-laki, dan mengenal 100 laki-laki, juga dekat
dengan 10 laki-laki, tapi aku hanya mencintai dan menyayangi 1 laki-laki yaitu
kamu he.
Datang
Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan bertanya kenapa baru sekarang.
Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan membuatmu menunggu dan berdiri di
depan pintu terlalu lama.
Kalau kamu datang, aku berjanji tidak akan bertanya hati mana saja yang
sudah kau lewati untuk sampai di sini.
Karena dengan langkahmu aku terbangun, dari mati suri yang kunina bobokan
sendiri.
Kalau kamu datang, tolong jangan pergi, aku lelah menjaga pintu.
Kalau kamu datang, aku berani sumpah, aku tenang.
Batas
Semua perihal diciptakan sebagai batas.
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain.
Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok batas hari ini dan lusa.
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara dan
kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita.
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah
kata-kata.
Begitupula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang
yang hilang.
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang.
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya.
Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan.
Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur.
Apa kabar hari ini? Lihat tanda tanya itu!
Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.
Kau dan Diriku
Kau datang tak terduga
Mengisi relung jiwaku yang hampa
Berawal dari coba-coba, yang berujung cinta
Kau pernah membawa kebencian yang tiada tara
Namun kau hempaskan menjadi sebuah kebahagiaan yang tak terhingga
Kau…
Yang selalu ku ingat dalam hari-hariku
Sulit untuk ku hilangkan bayang-bayangmu
Senyum dan tawamu selalu menghantuiku
Tatkala mataku terpejam, kau selalu mengikutiku
Ketika ku bersamamu
Rasanya ingin ku matikan menit dan waktu
Tak ingin ku berpisah denganmu
Inginku terus bersama dan di sampingmu
Ya.. suatu saat aku percaya
Semua bayang dan ilusi kini kan menjadi milikku
Aku kan selalu di sampingmu dan memelukmu
Karena kaulah pelindungku
Aku mencintaimu…
Seperti bunga mencintai keharumannya
Seperti hujan mencintai tetesan airnya
Seperti bulan mencintai langit malamnya
Seperti matahari yang mencintai cahayanya
Seperti embun pagi yang jatuh diterpa semilir, mencintaimu pun tanpa
rencana, dan aku jatuh begitu saja.
Sayangku, hanya wajahmu yang terukir di sanubariku.
By Syarah Amalia
No comments:
Post a Comment