Tabung Gas untuk Donald Trump
Oleh Restu Ahmad Nugraha
Menyandang
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki gugusan pulau
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sekitar 13.466 pulau sudah diakui
dunia internasional dan tercatat di PBB, melalui “United Nations Group of
Experts on Geographical Names (UN GEGN)”. Tak hanya itu, predikat “Heaven
Earth” atau disebut sebagai surganya dunia karena Negara Indonesia
mengantongi kekayaan alam yang melimpah, tanah yang subur serta keindahan
panorama alam yang memikat. Salah satu bukti nyata adalah Kepulauan Natuna.
Daerah yang memiliki luas sekitar 141.901 km2 ini disebut menyimpan
kekayaan alam melimpah. Cadangan gas alam di kepulauan tersebut terbesar di
Asia Pasifik, bahkan dunia. Jadi, wajar saja banyak pihak asing yang kepincut
pada wilayah tersebut. Salah satunya presiden terpilih AS (Amerika Serikat)
2016, Donald Trump.
Terpilihnya
Donald Trump sebagai presiden pada pemilu AS 2016, membuat orang-orang kembali
teringat peramal buta Baba Vanga. Sebelum meninggal, peramal buta yang terkenal
dengan julukan “Nostradamus from the Balkans” itu pernah meramalkan
bahwa Barack Obama akan menjadi Presiden AS yang terakhir. Terus bagaimana
dengan Donald Trump? Berbagai spekulasi bermunculuan. Karakter Donald Trump
yang kontroversial dikhawatirkan akan lebih buruk dari Adolf Hitler. Lebih
parah lagi, Donald Trump digadang-gadang akan membawa kehancuran bagi AS,
bahkan dunia.
Sikapnya
yang keras, membuat segala yang diinginkan Donald Trump mesti terkabul. Salah
satunya Donald Trump ngebet terhadap gas di Kepulauan Natuna. Sekonyong-konyong
Donald Trump mengancam akan membombardir Indonesia dengan mengerahkan seluruh
alutsista yang ada dan meledakkan segenap bom nuklir yang dimiliki AS, jika
Indonesia tidak menyerahkan gas di Kepulauan Natuna kepada AS. Sikapnya yang
membabi buta tersebut, membuat Pemerintah Indonesia harus mengambil keputusan
yang bijak. Melalui musyawarah, Pemerintah Indonesia mencari strategi yang
tepat agar keputusan yang diambil tidak merugikan masyarakat Indonesia.
Alhasil, Pemerintah Indonesia mengambil sikap akan menyerahkan gas di Kepulauan
Natuna kepada AS, namun dengan catatan Indonesia sendiri yang akan menambangnya
untuk kemudian dikirim ke AS. Donald Trump pun sepakat atas keputusan Indonesia
dan meminta ladang gas yang ada di wilayah itu dieksploitasi hingga habis.
Setelah
itu, Pemerintah Indonesia langsung bergerak cepat dengan mengerahkan seluruh
pekerja tambang yang ada untuk melakukan penambangan ladang gas di Kepulauan
Natuna. Proses penambangan pun berlangsung. Para pekerja menjalankan tugasnya
dengan gigih dan penuh semangat. Dengan bahu-membahu, mereka mengerahkan
seluruh tenaga agar pekerjaannya cepat rampung. Kemudian untuk memudahkan
proses pengiriman, gas tersebut dikemas dalam tabung ukuran 3 kg, seperti
halnya tabung gas elpiji yang beredar di masyarakat. Saking melimpahnya
kandungan gas di area tersebut, membuat gas yang telah terkemas dalam tabung
terhampar menutupi seluruh permukaan daratan Natuna. Karenanya, kandungan gas
dalam perut bumi Natuna walau belum habis, penambangan dihentikan. Kemudian,
Pemerintah Indonesia segera mengonfirmasi Donald Trump untuk melakukan
pengiriman tabung gas tersebut.
Setelah
semuanya siap, dilakukanlah pengiriman. Proses pengiriman tabung gas melalui
jalur laut menggunakan kapal kargo. Start dari Pelabuhan Selat Lampa,
Natuna melewati hamparan Laut Indonesia, lalu menyusuri bentangan Samudra
Pasifik hingga finish di Pelabuhan Long Beach, California. Menjelang
sampai, dari kapal nampak Donald Trump bersama rombongannya telah menunggu di
pelabuhan. Ibarat tertimpa durian runtuh, Donald Trump dengan rombongannya
bersorak sorai menyambut kedatangan kapal pembawa tabung gas tersebut. Lalu,
Donald Trump menyiapkan pasukan yang akan mengangkut tabung gas setibanya di
sana.
Setelah
tiba, rombongan Indonesia menyerahkan tabung gas tersebut dan bergegas kembali
ke tanah air. Kemudian, oleh pasukan Donald Trump tabung gas diangkut
menggunakan kendaraan angkut logistik menuju ibukota, Washington D.C. Demi
menjamin keamanan dan stabilitas proses pengangkutan, Donald Trump dengan
kekuasaannya mengerahkan jutaan serdadu militer bersenjata lengkap, diikuti
reng-rengan tank baja dan kendaraan tempur di darat, helikopter dan pesawat
tempur di udara serta kapal perang dan kapal selam memantau keamanan di laut.
Sampai tiba di Washington D.C., proses pengangkutan pun berlangsung dengan
khidmat. Tak ada gangguan sekecil apa pun yang mengancam keutuhan tabung gas
tersebut.
Selanjutnya,
tabung gas ditempatkan di tempat penyimpanan khusus yang dibuat sedemikian luas
dan tembus ke dalam tanah. Lokasi tersebut sengaja diposisikan berdampingan
dengan komplek gudang senjata, dimaksudkan agar terjamin keamanannya. Berhubung
pula di sana sebagai sentral markas militer, sehingga penjagaan di kawasan
tersebut sangatlah ketat. Penataan pun dilakukan. Satu demi satu tabung gas
diletakkan dengan penuh kehati-hatian atas instruksi Sang Presiden. Meski
begitu melelahkan, akhirnya semua tabung gas telah selesai tersimpan.
Sebagai
bentuk keberhasilannya mendapatkan Gas Natuna, Donald Trump mengadakan pesta
terbesar yang pernah ada di muka bumi di kediamannya di Washington D.C. Dengan
melibatkan jutaan tamu undangan, ratusan ribu fotografer, ribuan bintang tamu
manca negara, jutaan petugas keamanan dari berbagai unsur, seperti tentara,
polisi, sniper, body guard, sekuriti, dan tak mau ketinggalan
turut serta pula anjing pelacak. Karena begitu banyaknya yang hadir, sehingga
proses pengangkutan makanan hidangan menggunakan truk Caterpillar 797f yang
sekali angkut sanggup membawa muatan sebesar 400 ton. Sedangkan untuk
minumannya sendiri, diangkut oleh truk tangki raksasa dengan kapasitas muatan
mencapai 100 ribu liter. Setelah semuanya lengkap, pesta pun dimulai.
“DUAAARRRRRRRRRRRR………….”,
sontak terdengar bunyi ledakan yang sangat dahsyat diiringi guncangan gempa
hebat ke seantero AS. Gemuruh warga kocar-kacir dan tunggang langgang tak
karuan. Rentetan gedung pencakar langit remuk hingga berkeping-keping. Hamparan
jalanan aspal luluh lantah. Kelap-kelip lampu yang menghiasi berganti dengan
membaranya api. Gumpalan asap membumbung menggelayuti langit. Bunyi musik
diskotik bungkam oleh dentuman bom. Tak ada lagi kota apalagi pesta, semuanya
hancur lebur.
Pusat
ledakan terpantau citra satelit bersumber dari area gudang senjata di
Washington D.C. Usut punya usut, ternyata taktik jitu dengan tabung gas yang
diterapkan Indonesia berhasil melumpuhkan AS. Tabung gas yang dikirim Indonesia
ke AS sengaja menggunakan regulator yang sudah usang. Akibatnya, tabung gas
mengalami kebocoran karena kerusakan regulator. Kebocoran tabung gas tersebut
mengakibatkan ledakan. Saking membludaknya jumlah tabung gas, menyembulkan
bunyi ledakan yang sangat dahsyat. Imbasnya, gudang senjata yang berada di
sampingnya ikut meledak pula. Diketahui gudang senjata tersebut berisikan
ribuan bom nuklir berukuran jumbo. Sehingga tak heran, efek dari ledakannya pun
membuat hancur seluruh daratan AS.
TAMAT
“Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada
kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan
semata dan tidak ada unsur kesengajaan.”
No comments:
Post a Comment