Perempuan
Lupa Auratnya
Teringat memori masa lalu, setiap kelahiran anak perempuan
menjadi suatu aib yang amat sangat memalukan bagi kaum Arab jahiliyah. Maka
ketika anak perempuan lahir, mereka kubur hidup-hidup dan bahkan ketika masih
dalam kandungan pun mereka keluarkan secara paksa untuk kemudian mereka bunuh.
Pada saat itu, dunia ini seolah-olah bukanlah tempat yang cocok bagi kaum
perempuan. Namun, setelah turunnya Islam, tradisi seperti demikian diharamkan.
Bahkan semenjak turunya Islam, kaum perempuan mendapatkan perlakuan dan
kedudukan yang mulia. Padahal sebelumnya, jangankan dianggap mulia, dianggap
manusia saja tidak.
Seiring dengan perkembangan zaman, kaum kapitalis mengganggap
Islam itu terlalu mengekang, Islam itu terlalu membatasi kaum perempuan seperti
harus menutup aurat lah, harus taat pada suami lah, harus menjaga pergaulan
lah, dsb. Sehingga terbitlah Hak Azasi Manusia, emansipasi perempuan sebagai
pelampiasan dan kemudian membuat para perempuan lupa ingatan terhadap
aturan-aturan Islam. Seperti halnya ketika berpakaian, model pakaian yang
dipakai pun beraneka ragam, seperti: you can see i can use, tertutup
tapi transparan, minimalis, pakaian bekas adik, dsb. Seperti halnya pelaksanaan
pendidikan inklusif, dalam praktik
berjilbab pun saat ini lebih bersifat
fleksibel, ada berjilbab
khusus sepanjang hari dan berjilbab khusus untuk mata kegiatan tertentu. Sehingga jangan heran, ketika banyak mahasiswi yang berjilbab
hanya pada saat kuliah saja, sedangkan di luar kuliah “cul tiung sina leupas”. Bahkan, sekarang ini sudah banyak yang berani
membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis.
Banyak alasan para perempuan ketika ditanya kenapa membuka
aurat, ada yang bilang: “Mumpung masih muda”, “Anak muda itu harus gaul”,
“Lagipula masih lama mati”, malahan ada yang bilang, “Nanti kalau dipanggil malaikat
izroil mau pura-pura nggak denger biar slamet”.
Kita harus ingat tentang sabda Rasulullah, “Dua golongan dari
penghuni neraka yang Aku tidak sampai melihat mereka yaitu suatu kaum yang
menyandang pecut seperti ekor sapi (yang) dipakai untuk memukuli orang-orang
dan wanita-wanita berpakaian mini, telanjang. Mereka melenggang bergoyang.
Rambutnya ibarat punuk unta yang miring. Mereka tidak akan masuk surga atau
mencium harumnya surga yang sebenarnya dapat dirasakan dari jarak sekian
sekian”. (HR. Muslim)